Tuesday, July 12, 2011

berhenti di 13??

13?..sebagian orang mengidentikkan angka ganjil ini dengan hal2 mistis di luar nalar sehat seseorang…..golongan PNS (pegawai negeri sipil) mengartikannya lain, yaa, terkadang mereka mendapat gaji ke-13 meskipun tidak ada bulan ke-13…..lain hal nya dengan saya, seorang mahasiswa, sekarang saya dihadapkan dengan angka 13….yaa, saya mesti bayar spp yang ke-13…


Ketika orang lain menanyakan lama kuliah saya, dengan “senang dan bangga” saya menjawabnya dengan angka 6 tahun!!!...cukup lama mengingat teman angkatan SMA saya kini banyak yang sudah bekerja, sudah diangkat sebagai PNS, hingga sedang melanjutkan study S2 nya, sementara saya masih berkutat menyelesaikan pendidikan profesi S1 saya…..6 tahun saya menjadi mahasiswa, saya asumsikan saya hanya menempuh 12 semester, itu artinya 12 kali saya mesti membayar SPP….


4 tahun pertama saya habiskan d bangku kuliah….dengan SPP itu, wajarlah, saya mendapat fasilitas gedung yang cukup mewah, ruang kuliah yang kondusif, toilet, tempat parkir dsb…..


2 tahun terakhir, saya habiskan “mengembara”, berkeliling di Bali, menuntut ilmu..praktis, dari spp itu, saya hanya mendapat ilmu, bimbingan dari supervisor (jawaban seorang idealis), dan mess di setiap rumah sakit yang mesti saya kunjungi….catat, dari 1,4 juta yang saya bayarkan tiap 6 bulan, d beberapa tempat saya bahkan tidak diperkenankan mengambil masker dan caps yang notabene harganya Cuma seribu, dan bahkan ada rambu baru, rambu dilarang parkir untuk kaum kami…


Kini di penghujung masa “kuliah” saya, dimana saya tinggal menyelesaikan pre graduate course, ujian kompetensi, wisuda dan pelantikan, saya juga mesti membayar spp ke-13 saya…..yang saya tahu, setiap kegiatan yang akan saya ikuti, saya pun mesti membayar sejumlah uang untuk pelaksanaannya…..jadi untuk apa spp ke-13 ini? jika ada yang mengetahuinya, tolong beritahu saya….

car "FREE?" day

“Car Free Day”….belakangan ini, idiom tersebut sering menghampiri telinga kita….per definisi, tentu saja itu artinya “Hari Tanpa Mobil”….satu hari tanpa adanya mobil yang bersliweran d jalan raya…..suatu definisi yang mulia, mengingat polusi di Negara ini makin parah…


Namun, sudah lazim ketika definisi,tujuan dan pelaksanaan suatu progam di Negara ini tidak koheren…lihatlah di hari minggu di beberapa kota besar…memang benar di pusat kota tidak ada mobil, motor, maupun kendaraan bermotor lainnya…yang ada hanya masyarakat yang menaiki sepeda gayung, anak2 dengan skateboardnya atau berjalan2 dengan hewan kesayangan mereka..


Jika anda mendefenisikan kondisi diatas sebagai “car Free Day” yang bertujuan mengurangi polusi, yaa, mungkin anda akan menganggap program ini berhasil…program yang brilian untuk mengurangi polusi….


Namun, jika anda menengok jalan2 kecil yang merupakan jalan kolateral dari jalan utama (yg dijadikan area “car free day”) anda akan merasakan perbedaan yang signifikan….jalan2 tersebut jelas hanya jalan2 kecil…tidak sebesar jalan utama….namun setiap hari minggu, mereka harus menampung luapan arus lalu lintas…tebak apa yang terjadi…yaa, MACET!!!!….pendapat saya, jika macet maka semakin banyak asap kendaraan yang dihasilkan…asumsinya jika saya bisa mencapai tujuan dengan waktu 15 menit, namun karena macet, akhirnya saya tiba dalam waktu 30 menit….mana lebih banyak asap motor yg saya hasilkan??ketika macet ato tidak?....dengan perbedaan jumlah kendaraan bermotor yang tidak berbeda secara signifikan, saya rasa, polusi yang dihasilkan di “car Free Day” lebih banyak….


Jadi apakah “car Free Day” dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor sehingga mengurangi polusi?...atau hanya sekedar pengalihan arus lalu lintas dan membuat macet jalan sekitarnya???renungkan dan jawab sendirii…lebih bijak rasanya jika pemerintah menerapkan aturan semacam “Nyepi” untuk masyarakat…sehingga benar2 bisa mengistirahatkan alam dan bisa mengurangi polusi…