Saturday, May 30, 2009

KEKANAKKANAKAN

Tadi pagi,disela2 kesibukan saya mempersiapkan diri menjelang ujian (bOOnG), saya tertarik mengikuti berita tentang pengundian no urut capres dan cawapres yang diadakan oleh KPU. Saya hanya ingin melihat bagaimana reaksi ketiga pihak tersebut, yang selama ini saling tikam, saling hujat, saling menusuk dari belakang dikumpulkan dalam satu ruangan..

Ruangan telah diset sedemikian rupa sehingga dapat menampung anggota KPU, para tim sukses, ratusan wartawan, serta para capres dan cawapres pastinya. Saya menduga pasangan JK-Wiranto akan datang pertama, mengingat dengan semboyan Lebih Cepat Lebih Baik-nya, mereka selalu “duluan” dibanding kedua pasangan lainnya..Dugaan saya meleset, ternyata SBY-BOEDIONO yang datang pertama kali..tak lama kemudian, datanglah JK-WIRANTO yang nampaknya kali ini tidak lebih cepat dari SBY-BOEDIONO…

Namun tampak suasana yang cukup hangat antara kedua kubu ini..Meskipun mereka masih “terikat kontrak” menjadi pasangan Presiden dan Wapres NKRI, di media massa, kedua kubu sudah saling serang, menjelek2an pasangannya itu....Lupakanlah sejenak, toh pada kesempatan ini mereka kelihatannya akrab…Akhirnya, tinggal 1 pasangan lagi, MEGAWATI-PRABOWO yang belum hadir…Kubu SBY dan JK harus menunggu MEGAWATI, sebab acara tidak akan dimulai tanpa kehadiran putri SOEKARNO itu…Bayangkan, biasanya suatu acara tidak akan dimulai tanpa kehadiran presiden ato wapres (dalam hal ini SBY dan JK), kali ini mereka “terpaksa” menunggu seseorang, lawan politik mereka, untuk dimulainya 1 acara….

Akhirnya yang ditunggu2 pun datang..MEGAWATI dan PRABOWO…PRABOWO bersikap biasa, sebagai mantan Petinggi KOPASSUS, ia dengan sigap memberi hormat dan menyalami mantan temannya yaitu SBY dan WIRANTO yang juga dahulu berkarir di militer..Tak lupa ia juga memberikan salam kepada JK dan BOEDIONO (meskipun di media massa, sering kubu PRABOWO menyerang BOEDIONO dengan tuduhan pendukung NEOLIBERAL)…

Namun yang saya sesalkan hanya MEGAWATI…Meskipun saya menghormati SOEKARNO, saya rasa MEGAWATI belum bisa berjiwa besar..Jiwa yang harusnya dimiliki seorang pemimpin..MEGAWATI langsung menuju kursinya, sementara PRABOWO memilih menyapa JK dan SBY terlebih dahulu..MEGAWATI hanya menunggu untuk disalami oleh kubu SBY maupun JK…Bagaimanapun juga, SBY masih PRESIDEN INDONESIA…Sudah sepantasnyalah, MEGAWATI berjiwa besar, melupakan kejadian yang telah lewat, namun yang terjadi malah sebaliknya…SBY lah yang menghampiri MEGAWATI dan memberikan salam..Terkesan dingin, kaku, sebentar, tanpa ada kata2, hanya untuk formalitas saja....Mungkin SBY juga “terpaksa” menghampiri MEGAWATI, demi menjaga citranya sebagai pemimpin yang kalem dan tidak pendendam…Satu nilai plus menurut saya bagi SBY…

Bahkan diakhir acara pun, MEGAWATI sempat “melupakan” berjabat tangan dengan SBY…Ia melewati saja SBY, meninggalkan PRABOWO yang “ingat” bersalaman dengan SBY…Akhirnya, mungkin setelah diingatkan oleh wartawan maupun tim suksesnya, MEGAWATI pun berbalik arah, berjabatan tangan dengan SBY..:Lagi lagi, terkesan dingin, kaku, sebentar, tanpa ada kata2, dan hanya untuk formalitas saja…

DAMN, menurut saya ini merupakan contoh ketidakdewasaan seorang mantan Presiden sekaligus calon Presiden…Memang Capres juga manusia, bisa sakit hati, tapi seharusnya bisa memberikan contoh yang baik ke publik mengenai pentingnya silaturahmi dan bisa memberikan contoh agar tidak menjadi seorang pendendam..

4 comments:

  1. CAPRES DAN CAWAPRES MULAI SALING SERANG

    Hardikan, kecaman, hinaan mulai dilakukan para capres dan cawapres. Tim sukses pun tak mau ketinggalan, mulai melancarkan aksi balasan.

    Mendengar kata demi kata aksi tersebut, hati serasa miris jadinya. mereka saling memburukkan, membingungkan saling serang mempertontonkan pola kampanye yang tidak sehat.

    Sempitnya fikiran tim sukses pemenangan capres dan cawapres tentang strategi dan karakter calon yang diusung semakin terlihat jelas. Mereka tidak menjelaskan kepada publik apa visi dan misi capres dan cawapresnya. Yang terjadi saling serang, saling memburukkan, debat kusir. Semua yang dilakukan justru akan semakin memperparah keadaan.

    Dalam mata khayal, terbayang bagaimana jika budaya saling menyerang ini berimbas ke tingkat bawah. Semua bisa menimbulkan gesekan antar simpatisan calon. Yang kalah akan terjajah, marah, sehingga menimbulkan tawuran antar pendukung.

    sumber:http://asyiknyaduniakita.blogspot.com/

    ReplyDelete