Thursday, February 5, 2009

KENAPA APARAT YANG SALAH???

Pada saat saya masih kecil, saya sangat bangga melihat aparat, baik itu polisi, TNI, kopassus, marinir, kostrad, paspampres dLL. Saya membayangkan bagaimana jika saya ada di tengah2 mereka, berbaris rapi, memegang senjata, dan boleh menembaki para demonstran (jika ada indikasi tentunya, he2).

Seiring berjalannya waktu, ibu saya tidak memperbolehkan saya menjadi aparat, sebab saya lah anak paling ganteng di rumah ini. Heeee. Ibu saya tentu tidak ingin anaknya suatu saat nanti dikirim ke daerah konflik dan pulang terbungkus rapi dalam peti. Meskipun ada bendera merah putih di atas peti itu, tetap saja saya mati namanya. hueheeh. Lupakan itu, kini saya sudah setengah jalan menjadi dokter.

Semenjak era eyang SOEHARTO bergeser, saya rasa aparat selalu disalahkan. Mulai dari tahun 1998, dimana indonesia dilanda konflik internal yang dimotori oleh senior2 mahasiswa yang menginginkan reformasi, aparat disalahkan atas meninggalnya senior2 mahasiswa. Aparat dinilai begitu represif, main tembak, membabi buta. Seolah2 itu kesannya. Walaupun waktu itu saya masih SD, saya melihat massa begitu beringas, tidak salah menurut saya bila aparat terpancing emosinya dan melepaskan tembakan ke segala arah. Aparat juga manusia kok. Peristiwa terakhir yang lagi hot di televisi adalah kasus meninggalnya ketua DPRD SUMUT dalam sebuah tragedi unjuk rasa yang berakhir anarkis. Meskipun sebab kematiannya simpang siur, ada yang mengatakan meninggal akibat serangan jantung, namun ada yang mengatakan beliau meninggal akibat dipukuli massa, yang pasti seorang ketua DPRD meninggal saat terjadi unjuk rasa di gedung DPRD. Kali ini, aparat disalahkan lagi. Dikatakan bahwa pengamanan yang dilakukan aparat telalu longgar, sehingga massa bisa masuk ke ruang sidang DPRD. Kalau aparat represif waktu itu, misalnya menembaki demonstran yang mulai beringas, tentu ceritanya akan lain. Ketua DPRD itu tidak mungkin meninggal, namun ada korban dari demonstran dan pihak aparat PASTI disalahkan lagi. Saya jadi prihatin dengan aparat, terutama yang menjadi bawahan. Mereka yang notabene hanya menjalankan perintah atasan, pasti ikut kena getahnya kalau terjadi kejadian seperti ini. Entah itu karena menembak demonstran, atau karena kurangnya aparat sehingga tidak berdaya menghadapi massa yang begitu banyak.

Terlepas dari itu, sampai sekarang, saya masih kagum melihat tentara yang dengan gagahnya memegang senjata laras panjang, kopassus yang mahir menggunakan segala jenis senjata maupun paspampres yang rela mati demi presiden. Saya kagum dengan kalian.

1 comment:

  1. aparat wanna be.. semua orang boleh mikir macem2, tapi opong tetep mikir satu macem... jaga bara juang n kagum itu selalu pong, aku bangga punya temen yang berjiwa patriot.. MERDEKA!!!!!!!!!!

    ReplyDelete